Cara menghilangkan kebiasaan buruk tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena mengubah kebiasaan yang sifatnya menahun sama seperti kita terjun ke medan perang.
Ketika kebiasaan buruk dituruti, maka dapat menimbulkan dampak yang lebih fatal. Kebiasaan buruk bisa berpengaruh pada mindset, berpengaruh pada ekonomi dan berpengaruh pada kesehatan.
Melihat dampak jangka panjang dari kebiasaan buruk, maka sudah sepantasnya jika kita segera mengubahnya.
Table of Contents
ToggleCara Menghilangkan Kebiasaan Buruk
Berikut beberapa tips cara menghilangkan kebiasaan buruk agar hidup lebih produktif, kreatif dan berdaya guna.
1. Sadar
Langkah pertama untuk menghilangkan kebiasaan buruk adalah kesadaran. Sadar dalam konteks ini berarti berani mempertanyakan diri sendiri dan menerima realitas—baik maupun buruk—tentang diri kita.
Seseorang yang telah menyadari dirinya akan lebih mudah melakukan perubahan. Sebaliknya, orang yang belum menyadari kebiasaan buruknya, meskipun salah, tidak akan merasa perlu untuk berubah.
Ada sebuah nasihat bijak yang mengatakan, “Manusia di bumi tertidur, saat mati mereka terbangun.” Artinya, selama hidup, kita sering terjebak dalam ambisi, ego, doktrin, dan hal-hal materialistik. Kita baru menyadari semua itu ketika sudah terlambat. Inilah alasan mengapa kesadaran diri sangat penting dalam perjalanan perubahan.
2. Niat
Setelah menyadari kebiasaan buruk yang harus diubah, langkah selanjutnya adalah menetapkan niat. Niat ini akan mempengaruhi hasil di masa depan. Namun, niat saja tidak cukup. Dibutuhkan aksi nyata, perjuangan, dan kesungguhan untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
3. Menetapkan Tujuan
Kesadaran dan niat harus diikuti dengan tujuan yang jelas dan realistis. Jangan hanya membuat target tanpa menyusun langkah-langkah untuk mencapainya.
Yang lebih penting, pastikan tujuan yang kamu tetapkan berasal dari kata hati, bukan sekadar mengikuti opini orang lain. Hati adalah penuntun yang tidak akan menjerumuskan. Sementara pikiran, meskipun logis, tetap bisa keliru karena dipengaruhi oleh input yang diterima.
4. Mengganti Kebiasaan Buruk dengan Kebiasaan Baik
Langkah berikutnya adalah menggantikan kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang lebih baik. Jika kebiasaan buruk yang ingin diubah cukup banyak, buatlah daftar prioritas:
- Jika jarang berolahraga, mulai dengan olahraga ringan secara bertahap.
- Jika sering makan junk food, coba perlahan menggantinya dengan makanan bergizi.
Perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten akan memberikan hasil besar dalam jangka panjang.
5. Mengubah Perspektif
Banyak kebiasaan buruk yang bertahan karena perspektif kita yang kurang tepat. Misalnya, menganggap olahraga tidak penting karena lebih fokus mencari uang. Padahal, ketika sakit, uang yang kita kumpulkan bisa habis untuk biaya pengobatan.
Karena itu, penting untuk mengubah cara pandang terhadap kebiasaan baik agar kita lebih termotivasi untuk melakukannya.
Baca Juga:
- Intropeksi Diri Adalah: Pengertian, Manfaat, Cara Intropeksi
- 10 Cara Memperdalam Pengetahuan Agama
- 6 Cara Hijrah Agar Istiqomah di Jalan Allah SWT
6. Disiplin
Mengubah kebiasaan bukan hal yang mudah. Pada awalnya, tubuh dan pikiran akan merasa tidak nyaman. Namun, perubahan ini hanya membutuhkan waktu sekitar 30–40 hari untuk menjadi kebiasaan baru.
Seperti saat berpuasa, di minggu pertama mungkin terasa berat, tetapi setelah sebulan tubuh sudah terbiasa. Begitu juga dalam mengubah kebiasaan buruk—konsistensi dan disiplin adalah kuncinya.
7. Berani Menghadapi Ketidaknyamanan
Setiap perubahan pasti menimbulkan ketidaknyamanan. Yang perlu kamu lakukan adalah bersabar dan bertahan selama 2–3 minggu pertama. Setelah itu, kebiasaan baru akan terasa lebih alami dan menjadi bagian dari rutinitasmu.
8. Memahami Bahwa Semua Hanya Proses
Jangan hanya berorientasi pada hasil, tetapi nikmati prosesnya. Banyak orang yang ingin cepat mencapai tujuan sehingga mencari jalan pintas, bahkan tidak jarang melakukan kecurangan.
Jika kita memahami bahwa perubahan adalah proses, maka kita akan lebih sabar dan konsisten dalam menjalaninya.
9. Berdamai dengan Masalah
Sering kali, kita menganggap masalah sebagai beban dan penghalang. Padahal, kehidupan adalah keseimbangan—ada baik dan buruk, ada siang dan malam, ada suka dan duka.
Ketika kita memahami bahwa masalah adalah bagian dari kehidupan, kita bisa lebih mudah berdamai dengan keadaan. Masalah bukanlah penghalang, tetapi guru kehidupan yang mengajarkan banyak hal.
10. Hidup dengan Mindfulness
Terakhir, belajarlah untuk hidup dengan penuh kesadaran (mindfulness). Fokus pada apa yang sedang kamu jalani saat ini dan nikmati setiap prosesnya.
Misalnya, bersyukur atas kesehatan yang kamu miliki, karena ada orang yang tidak bisa beraktivitas karena keterbatasan fisik. Atau bersyukur atas pekerjaanmu, karena banyak orang yang masih berjuang mencari pekerjaan.
Buku Semua Ini Pasti Berlalu bisa jadi teman buat kamu yang lagi berusaha berubah. Lewat cerita-cerita yang relate dan penuh makna, buku ini bakal bikin kamu sadar kalau setiap proses itu ada hikmahnya.