E-Book Lelah, Namun Tak Menyerah Pejuang TB
Nabilla menderita tuberkulosis resistan obat. Penyakit ini memerlukan pengobatan selama minimal sembilan bulan. Bagi Nabilla, sembilan bulan merupakan waktu yang lama. Tentu saja ini masa-masa yang membosankan dan melelahkan. Selama sembilan bulan harus minum obat dengan jumlah obat yang banyak sangatlah membosankan dan melelahkan. Meskipun minum obatnya hanya sekali, namun sekali minum ada tujuh belas setengah butir obat. Obat yang diminum dominan antibiotik. Rasanya sangat pahit.
Pengobatan Nabilla yang semula sembilan bulan berubah menjadi delapan belas bulan. Kabar ini membuat Nabilla dan saya syok. Perlahan saya mencoba menerima kenyataan. Saya juga harus memotivasi dan menguatkan Nabilla. Saya harus berpikir bahwa delapan belas bulan itu tiga kali enam bulan. Enam bulan pertama sudah berlalu, tinggal dua kali enam bulan.
Obat yang diminum Nabilla menimbulkan beberapa efek samping. Ada efek samping yang sempat menimbulkan insecure, ada pula efek samping yang sangat mengganggu aktivitasnya. Nabilla sempat berkeinginan untuk tidak minum obat. Saya, sebagai ibunya tidak membolehkan sekali pun skip minum obat. Saya selalu mengingatkan akibat yang timbul jika skip minum obat. Saya selalu memotivasinya untuk selalu minum obat.
Nabilla memiliki hobi menari. Dia bergabung di sanggar tari Rampoe. Di sanalah, dia menyalurkan bakatnya. Selain berlatih menari, dia juga melatih menari. Ketika sakit, ada beberapa kesempatan event yang tidak dapat diikuti. Kesempatan pertama go international pun terpaksa harus lewat. Dia terbentur antara waktu minum obat dan latihan.
Perjuangan minum obat, menahan efek samping obat, dan mencapai cita-cita berjalan berbarengan. Kesungguhan dan semangat Nabilla untuk sembuh begitu besar. Akhirnya Nabilla dapat menyelesaikan minum obat selama waktu yang ditentukan, yaitu delapan belas bulan.
E-Book Lelah, Namun Tak Menyerah Pejuang TB ini diterbitkan oleh Penerbit Bukunesia
