Kaidah kebahasaan puisi menjadi dasar yang wajib diketahui. Khususnya buat kamu yang ngaku ingin menjadi seorang pujangga. Sementara ketika kita berbicara tentang kaidah kebahasaan puisi, sebenarnya memiliki beberapa unsur.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas secara lengkap tentang kaidah kebahasaan teks puisi. Simak selengkapnya!
Pengertian Kaidah Kebahasan Puisi
Kaidah kebahasaan puisi adalah aturan-aturan atau ciri ciri bahasa yang sering digunakan dalam bentuk puisi agar menciptakan makna, keindahan dan efek emosional. Salah satu karya sastra yang memperhatikan keindahan bahasa. Dimana puisi memiliki kekhasannya sendiri. Baik dari segi pemikiran, perasaan, pengalaman penyair yang kemudian dituangkan dalam sebuah bait yang artistik.
Dari segi bahasa, maka kebahasaan puisi memiliki keberagaman bahasa yang mampu mengekspresikan emosi dengan simbol, imaji, metafora ataupun melalui perbandingan.
Kaidah Kebahasan Puisi
Setelah mengintip pengertian umum kaidah kebahasaan puisi secara singkat. Maka ada beberapa poin penting yang wajib kamu tahu terkait kaidah kebahasaan puisi, diantaranya sebagai berikut
1. Rima
Rima adalah pengulangan kata atau pengulangan bunyi/suara yang umumnya diletakan penyair di bagian akhir baris puisi. Rima dapat pula diartikan sebagai kesamaan bunyi antara baris satu dengan baris yang lain. Pengulangan bunyi ini bisa terjadi menggunakan kata-kata yang memiliki suku kata atau bunyi yang “mirip” jadi tidak harus sama.
Sampai di sini kamu masih merasa bingung? Misal di baris pertama kalimat terakhir puisi menggunakan suku kata “terang”, maka baris kedua di akhir kalimat puisi bisa menggunakan akhiran yang mirip seperti “kunang” dan masih banyak lagi.
Berikut contoh dalam bentuk puisi pendek
- Pikir dahulu sebelum berkata,
- supaya terelak silang sengketa.
2. Syair
Selain rima, ada juga yang disebut dengan syair yang memiliki pola ritme ketukan. Umumnya ketukan pola ini terbentuk dari bait-bait puisi yang sengaja diciptakan oleh si penyair. Fungsinya agar pembaca bisa menemukan pola aksen atau tekanan suara pada setiap suku kata di setiap baris.
Maka tidak heran, jika puisi yang disampaikan lewat bahasa tulis juga tetap memiliki aliran bunyi yang teratur dan tetap terpola.
Contoh penggunaan irama saat penulisan puisi dapat dilihat ketika penulis sengaja mengulang pola aksen di setiap baris dalam syair ataupun pantun. Sehingga ditemukan kesan bagi masing-masing pembaca.
Contoh syair yang berpola ritme ketukannya.
- Asam kandis asam gelugur
- kedua asam siang riang
- Menangis mayat di dalam kubur
- mengingat diri tidak sembahyang.
3. Imaji
Imaji adalah deskripsi atau gambaran mental yang dirasakan penulis. Dimana imaji ini yang menjadi ide kreatif penulis untuk mengeksplorasi kemampuan dalam membuat syair. Kemampuan imaji ini sangat penting dalam proses penulisan puisi. Karena efektif membantu untuk mendeskripsikan seolah-olah ikut merasakan, mendengar dan membayangkan melalui tulisan.
Contoh
- Senja menyapa wajah yang merona
- Nida terpana pada kekasih hatinya
Dari dua penggal kalimat di atas menggambarkan kepada pembaca suasana senja ketika matahari hampir terbenam, Nida sedang berseri-seri melihat kekasih hatinya. Sampai di sini, pembaca memiliki kebebasan untuk melakukan interpretasi mengapa Nida terpana pada kekasih hatinya.
4. Pemadatan kata
Salah satu daya tarik penulisan puisi adalah, memperhatikan penggunaan kata yang lebih padat dan singkat. Namun tetap memiliki nilai keindahan. Sehingga penulis membutuhkan kreativitas untuk bisa menciptakannya.
Agar pembaca tetap bisa tersihir dengan seni pemilihan diksi si penyair. Berikut contoh pemadatan kata, namun tetap memiliki kekayaan makna dan memiliki nilai artistik keindahan bahasa.
Contoh
- Beli kacang kupas kulitnya
- kacang dikupas dicampur kurma
- Kalau boleh abang bertanya
- nona manis hendak ke mana.
5. Personifikasi
Personifikasi adalah teknis sastra yang menjadikan benda hidup seolah-olah mati, atau benda mati seolah-olah bisa hidup. Personifikasi memungkin penyair melakukan eksplorasi untuk menuangkan imajinasi mereka. Personifikasi juga efektif membantu penyair untuk menciptakan gambaran dan membangunkan emosi pembaca.
Sebagai contoh kalimat personifikasi “matahari malu menyapa, sekalinya menyapa ia tersenyum penuh hangat” arti dari matahari malu menyapa adalah matahari yang masih terbenam dan sebentar lagi akan terbit. Ketika matahari terbit akan memberikan sinar dan kehangatan bagi semesta alam.
6. Simile
Simile adalah salah satu teknik penulisan puisi yang masuk dalam kategori majas. Simile itu sendiri majas perbandingan. Sebagai majas perbandingan, maka dapat digunakan untuk membandingkan secara eksplisit maupun implisit. Bisa digunakan untuk membandingkan dua benda, guna memberikan imaji bagi pembaca lebih spesifik.
Contoh kalimat penggunaan simile
- “dia tabah meskipun banyak masalah, hatinya seperti malaikat baik berjubah”
7. Alterasi
Alterasi adalah sebuah teknik sastra yang melibatkan pengulangan bunyi atau suara konsonan pada awal kata dalam sebuah kalimat atau bait puisi.
Tujuan penggunaan alterasi untuk menciptakan efek suara yang khas dan memperkuat ritme serta kesan kesatuan dalam teks yang sudah ditulis.
Contoh penggunaan aliterasi dalam puisi:
- “Langit luas lindungi laut” (Pengulangan bunyi konsonan l pada kata “langit”, “luas”, “lindungi”, dan “laut” menciptakan kesan keluasan dan ketenangan.)
- “Api akankah ada arti?” (Pengulangan bunyi konsonan a pada kata “api”, “akankah”, dan “ada” menambah keindahan suara yang mengalun.)
- “Deru dahan dan daun jatuh” (Pengulangan bunyi konsonan d pada kata “deru”, “dahan”, “dan”, “daun” memberikan efek suara yang menggambarkan alam dan gerakan lembut.)
8. Asonansi
Asonansi adalah teknik sastra yang melibatkan pengulangan suara vokal di tengah kata. Tujuanya yaitu untuk menciptakan efek suara yang khas dan memperkuat ritme dalam teks yang sudah ditulis, hal ini mirip dengan alterasi namun lebih fokus ke bunyi vokal.
Contoh penggunaan asonansi dalam puisi:
- “Malam lalu, mata tidur”
(Pengulangan vokal a pada kata “malam”, “lalu”, dan “mata” menciptakan harmoni suara yang lembut.) - “Kepada samudera, aku bercerita”
(Pengulangan vokal a pada kata “kepada”, “samudera”, dan “aku” menciptakan suasana mengalir dan mendalam.) - “Hujan turun, berbuih dalam laut”
(Pengulangan vokal u pada kata “hujan”, “turun”, dan “laut” menciptakan kesan kebasahan atau alunan hujan.)
9. Metrum
Metrum adalah salah satu elemen penting dalam struktur puisi yang membantu untuk menciptakan kesan ritmis dan teratur. Selain itu, metrum mengacu pada pengulangan akses atau tekanan suara pada suku kata dalam setiap baris puisi.
Terdapat beberapa jenis metrum yang sering digunakan dalam puisi, diantaranya:
- Iambik: Pola ini terdiri dari suku kata tak bertekanan diikuti oleh suku kata bertekanan (da-DUM). Contoh “Sesudah hujan, datang tenang”
- Trokaik: Pola ini dimulai dengan suku kata bertekanan diikuti oleh suku kata tak bertekanan (DUM-da). Contoh “Kusapa angin, dan malam sunyi”
- Anapestik: Terdiri dari dua suku kata tak bertekanan diikuti satu suku kata bertekanan (da-da-DUM). Contoh “Di desa kecil aku lahir”
- Daktilik: Pola ini dimulai dengan suku kata bertekanan diikuti oleh dua suku kata tak bertekanan (DUM-da-da). Contoh “Bumi yang pernah kupijak ini”
- Spondeik: Metrum ini terdiri dari dua suku kata bertekanan (DUM-DUM). Biasanya digunakan untuk menekankan ketegangan atau kekuatan dalam puisi. Contoh “Bunyi gemuruh, pecah, hangus”
- Pirrikh: Ini adalah metrum yang terdiri dari dua suku kata yang keduanya tak bertekanan (da-da), meskipun jarang digunakan secara mandiri dalam puisi. Contoh “Di tengah malam yang sunyi, tiada suara terdengar”
Baca Juga: Tipografi Dalam Puisi Adalah: Pengertian, Unsur & Contoh
Unsur Puisi
Setelah melihat kaidah kebahasaan puisi, maka kamu juga perlu tahu unsur-unsur puisi. Karena sebuah puisi yang ditulis tanpa memenuhi unsur-unsur ini, hasilnya akan terasa hambar.
1. Kata
Kata menjadi unsur yang paling utama dalam membuat puisi. Seorang penyair harus memiliki keterampilan dan seni memilih kata-kata yang menarik, unik dan indah. Penyair juga harus bisa memadupadankan pilihan kata-katanya menjadi sebuah satu kesatuan yang indah, ber nada, berirama dan bisa menggugah emosi pembaca.
Seni merangkai kata ini adalah seni yang dibutuhkan kreativitas. Karena puisi yang asal dibuat, rasanya akan hambar dan kurang menggugah rasa pembaca.
Puisi yang dibuat menggunakan kata-kata yang dramatis, memiliki pola aksen yang konsisten lebih menarik perhatian pembaca. Cara ini efektif bisa membangkitkan kesan sentimen dan membangkitkan emosi pembaca.
2. Bait
Jadi yang disebut bait adalah baris atau larik yang tersusun rapi dan membentuk sebuah arti. Bait puisi memiliki pola, struktur, dan rima yang kohesif. Keselarasan dalam penyusunan inilah yang pada akhirnya menghasilkan kesan bagi pembaca. Jadi setiap bait puisi memiliki ide dan emosi yang perlu diselipkan. Isi dari setiap bait bisa beragam, terserah dari masing-masing penyair.
3. Larik
Selain bait, ada juga yang disebut dengan larik. Larik adalah baris dalam puisi. Larik itu sendiri terbentuk dari kata, fase dan kalimat lengkap. Pada pantun, jumlah kata dalam satu larik ada empat bait. Sementara pada penulisan puisi modern, tidak ada batasan jumlah larik. Dengan kata lain, penulisan puisi modern jumlah larik tidak ada aturan baku.
4. Bunyi
Unsur penulisan puisi terdapat bunyi. Bunyi ini lahir dari kolaborasi irama dan rima. Kehadiran rima menimbulkan kesan ritmis dan kesatuan yang selaras. Sementara irama merupakan pola ritme atau dalam bahasa lain berbentuk ketukan dalam bait puisi. Jadi gabungan dari itu semua akan menciptakan sebuah bunyi dan tekanan suara yang unik.
5. Makna
Unsur yang terakhir adalah makna. Makna menjadi inti dari tujuan penulisan puisi. Puisi salah satu karya sastra yang paling singkat setelah pantun. Meskipun singkat, puisi tetap mengedepankan makna. Sementara pemberian makna masing-masing penyair bisa menuliskan secara tersirat maupun tersurat.
Setiap penyair memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam menyampaikan makna atau pesan atau amanat. Tentu saja dalam tidaknya makna yang ditekankan dalam puisi tergantung dari jam terbang dan tergantung dari skill pemilihan diksi, dan kemampuan memadupadankan semua unsur yang sudah disebutkan di atas.
Contoh Puisi
Setelah mengulik pengertian, kaidah kebahasaan puisi dan unsur-unsur puisi, rasanya kurang lengkap jika tidak disertai contoh puisi. Berikut beberapa contoh puisi dari seorang sastrawan.
SEJAK SAJAK
Helvy Tiana Rosa
(Cinta selalu bekerja dengan cara rahasia
ketika saatnya tiba ia kirimkan padamu
getar tanpa sapa dan binar tanpa rencana)
Sejak bertemu denganmu
tak ada yang lebih biru dari waktu
Ia melipat pagi dan senja
jadi satu dalam sakuku
tanpa kompromi
Sejak bertemu denganmu
tak ada yang lebih jejak dari sajak
ia lahir dan beranak pinak
dari tiap kata, gerak,
bahkan diammu
Sejak kita bertemu
pancaran matamu adalah
syair ribuan hari
yang menyihir airmata
jadi kuntum kuntum asa
tubuh kita menjelma
rumah rumah pasi
di dada jalan
setia menampung sejarah,
kenangan atas perjumpaan
dan perpisahan berkali kali.
Sejak bertemu denganmu
Sejak sajak, sejak kita
(Depok, 2012)
Sendiri
Chairil Anwar
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
(Februari 1943)
Kesimpulan
Nah berikut adalah artikel dari Bukunesia Store tentang kaidah kebahasaan teks puisi yang perlu kamu ketahui. Kamu juga bisa membeli Buku Derana Karya Helvy Tiana Rosa yang merupakan seorang sastrawan di Indonesia yang cukup terkenal.