Josaphat Tetuko Sri Sumantyo adalah nama pemberian kedua orangtua yang bernama Michael Suman Juswaljati dan Florentina Srindadi. Pemberian nama tersebut disematkan sebagai doa dan harapan baik untuk kehidupan masa depannya.
Lahir di Rumah Sakit Pangkalan Udara Sulaiman, Margahayu, Bandung pada 25 Juni 1970. sejak kecil ia sudah berpindah-pindah kota, namun masih sebatas di pulau jawa. karena dibesarkan di pulau jawa, maka sudah sepantasnya ia pun memiliki moral sopan santun.
Biografi Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Josaphat adalah nama akrabnya. Ayahnya adalah seorang instruktur komando pasukan gerak Tjepat (GTP) AURI (sekarang TNI-AU). Dunia sang ayah tidak lepas dari dunia penerbangan dan kemiliteran. Sang ayah pun terlintas sosok gatot kaca yang memiliki nama lain Tetuko yang terkenal tangguh dalam peperangan dengan kemampuan melayangnya. Diharapkan sang anak sulung bisa menjadi anak yang tangguh dan bisa terbang seperti gatot kaca.
Harapan yang disematkan di dalam namanya pun akhirnya terwujud. Josaphat memang tidak bisa terbang dalam arti sebenarnya, tidak bisa terbang seperti halnya gatot kaca. tetapi Josaphat beneran terbang dari Indonesia ke Jepang dan membesarkan namanya di negeri sakura tersebut.
Tidak hanya terbang, kemampuan Josaphat juga terbang melayang kemana-mana karena kemampuan imajinasinya. dari imajinasinya inilah yang pada akhirnya mampu menciptakan karya penemuan yang bermanfaat untuk seluruh umat dunia.
Josaphat kecil memiliki harapan dan keinginan besar. Saat usianya lima tahun ia sudah memiliki mimpi ingin membuat radar lewat tangan dan otaknya sendiri untuk sang ayah. Pernah disayang dan terpikirkan, apa yang diharapkan ternyata bisa menjadi kenyataan.
Meskipun lahir dari keluarga yang berada, lantas josaphat hidup dengan mudah bergelimpangan harta. Sejak kecil ia sudah dididik oleh kedua orangnya menjadi pribadi yang sederhana. Seperti halnya anak-anak lain, josaphat juga bermain permainan tradisional seperti benthi, atau sekedar main kerumah tetangga.
Perjuangan Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Pada tahun 1974 beliau harus pindah ke Colomadu, Solo, karena ayahnya ditugaskan ke sana. Kali ini lokasinya berdekatan dengan tanah kelahiran ibu dan ayahnya di Klaten. Josaphat kecil tumbuh menjadi remaja. Ia pun berhasil menyelesaikan sekolahnya jenjang atas lalu melanjutkan pendidikanya ke Universitas Gadjah Mada.
Ia pun sangat antusias dan bersungguh-sungguh kuliah di sana, dengan harapan agar bisa terwujud cita-citanya sebagai pendesain radar. Sehingga ia merasa bosan dengan aktivitas selama di kampus. Untungnya ia mendapatkan kabar dari sang ayah tentang program karyasiswa (Science and Technology Manpower Development Program (STMDP) II).
Program ini diselenggarakan Kemenristek untuk membiayai secara penuh anak bangsa yang ingin kuliah di luar negeri. Melihat peluang itulah, Josaphat memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal.
Perjuangan meraih mimpi Josaphat muda dimulai. Beliau mulai mengurus persyaratan yang telah ditentukan dan sering bolak-balik ke Jakarta untuk mengikuti ujian.
Dulu untuk bisa menaiki kereta saja penuh perjuangan. sesampai di sana ada banyak peserta yang mengikuti peluang tersebut. singkat cerita, Ia diterima dan terbang ke Jepang. melalui proses persiapan yang panjang,pada 1 april 1991 ia resmi berkuliah di Universitas Kanazawa.
Baca Juga:
- 27 Kata-Kata Motivasi dari Profesor Josaphat, Penuh Makna
- 10 Penemu Teknologi dari Indonesia yang Mendunia, Bikin Bangga
Penemuan Prof Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Prof Josaphat akhirnya mulai membuat sistem radar sendiri hanya menggunakan sistem sederhana berupa GPR atau radar bawah tanah (Ground Penetrating Radar). Di Jepang ia mulai melakukan eksperimen dan bereksplorasi tentang desain radar. Hingga pada akhirnya sekarang beliau sudah bisa mematenkan hasil penemuannya, seperti berikut.
- Mobile Satellite Communication Antenna. Japan patent No. 2003- 014301, 23 January 2003.
- Mobile Satellite Communication Antenna. International patent No. PCT/JP03/05162.
- Antennas for Communications, International patent WO 2004/066443 (118 countries), 23 April 2003.
- Antennas for Communications, Australian patent: AU-A-2003227356.
- Antennas for Communications, Japan patent No. 2006-023701, 31 January 2006. 10 Meraih Cita-Cita Setinggi Angkasa: Kisah Profesor Radar Indonesia yang Mendunia
- Antennas for Communications, International patent No. PCT/ JP2007/51351, 29 January 2007.
- Elliptical and Circular Polarized Synthetic Aperture Radar, Aerial Vehicle and Satellite), No. 2014-214905, 21 October 2014.
- Three-dimensional observation technology in high temperature closed chamber, Patent Pending 2021-196068, December 2021.
- Radar and Radar onboard Satellite (Antenna for Small Synthetic Aperture Radar) Patent certificate Patent No. 7028437, 21 February 2022.
- Synthetic Aperture Radar Device, Synthetic Aperture Radar Signal Processing Device, and Synthetic Aperture Radar Signal Processing Program, Patent No. 7160268, 17 October 2022.
Karena dedikasi dan prestasinya, tepat pada 1 April 2005 beliau diangkat menjadi Associate Professor di Center For Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba University, Japan.
CEReS adalah pusat penelitian di bidang penginderaan jarak jauh atau remote sensing di bawah kementerian pendidikan dan teknologi (NEXT) Monbukagakusho Jepang. Sampai sekarang, ia masih aktif dan terus mengembangkan skillnya dan ingin mengabdi memajukan Indonesia.
Kesimpulan
Itulah sekilas biografi prof Josaphat yang bis akita ambil semangat hidupnya, kerja kerasnya, mimpi besar dan semangatnya untuk merealisasikan mimpi-mimpinya.
Buat yang tertarik ingin berkenalan lebih dekat bisa langsung membaca buku berjudul ”Meraih Cita-cita Setinggi Angkasa : Kisah profesor radar Indonesia yang mendunia”, yang ditulis oleh Muhammad Adhimas Prasetyo. Semoga bermanfaat. (Iruekkawa Elisa)