8 Langkah Pertama Belajar Menulis Cerpen untuk Pemula

belajar menulis cerpen untuk pemula

Belajar menulis cerpen untuk pemula bukanlah hal yang mustahil, asalkan dilakukan dengan langkah yang tepat dan konsisten. Banyak orang ingin menulis cerita pendek, tetapi sering kali bingung harus mulai dari mana atau takut tulisannya tidak menarik.

Padahal, dengan memahami dasar-dasar penulisan seperti menemukan ide, membangun karakter, hingga menyusun alur, siapa pun bisa menghasilkan cerpen. Yuks simak ulasan berikut.

Kesalahan Umum Penulis Pemula

Menjadi penulis adalah perjalanan panjang yang penuh proses, bukan hasil instan. Banyak orang terinspirasi untuk menulis setelah membaca buku, menonton film, atau mendengar kisah yang menyentuh.

Namun, semangat menulis sering kali tersandung oleh berbagai kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Artikel ini akan membahas empat kesalahan umum yang sering dilakukan penulis pemula.

1. Terlalu Fokus pada Kesempurnaan Tulisan

    Salah satu kesalahan paling sering dilakukan oleh penulis pemula adalah berusaha menulis sempurna sejak kalimat pertama.

    Mereka terjebak dalam proses mengedit berulang-ulang sebelum menyelesaikan satu paragraf pun. Padahal, tulisan yang baik lahir dari proses panjang: menulis dulu, baru menyunting kemudian.

    Menurut Lamott (1994) dalam bukunya Bird by Bird: Some Instructions on Writing and Life, tahap pertama dalam menulis adalah membiarkan diri menulis “draft pertama yang buruk” (shitty first draft).

    Artinya, biarkan ide mengalir tanpa hambatan kritik internal. Tulisan yang bagus tidak lahir dari sekali duduk, tetapi dari keberanian untuk menulis secara jujur dan terus memperbaikinya.

    2. Tidak Punya Rencana Menulis yang Jelas

      Banyak penulis pemula menulis hanya berdasarkan dorongan sesaat. Mereka memulai tulisan tanpa arah yang jelas, sehingga mudah kehilangan fokus di tengah jalan.

      Hasilnya, tulisan terasa berputar-putar dan sulit dipahami pembaca. Menulis adalah aktivitas kognitif yang melibatkan tiga tahapan yaitu perencanaan, penerjemahan, dan revisi.

      Tahap perencanaan (planning) mencakup penentuan tujuan, audiens, dan struktur tulisan. Tanpa tahap ini, tulisan cenderung tidak terarah.

      3. Mengabaikan Revisi dan Umpan Balik

        Kesalahan umum lainnya adalah merasa tulisan sudah “cukup baik” tanpa melalui tahap revisi. Banyak penulis pemula enggan menerima masukan, padahal kritik konstruktif adalah bagian penting dari perkembangan kemampuan menulis.

        Revisi bukan sekadar memperbaiki kesalahan ejaan, tetapi juga memperjelas kalimat/maksud dan memperkuat argumen, atau memperhalus gaya bahasa.

        Revisi adalah saat di mana tulisan benar-benar menemukan maknanya. Melalui proses inilah, tulisan berubah dari sekadar ide mentah menjadi karya yang memiliki daya tarik.

        4. Kurang Membaca dan Minim Referensi

          Seorang penulis yang jarang membaca ibarat petani yang enggan menanam benih. Banyak penulis pemula hanya mengandalkan pengalaman pribadi tanpa memperkaya diri dengan bacaan lain.

          Akibatnya, gaya bahasa terasa monoton, argumen lemah, dan tulisan kurang memiliki kedalaman. Kemampuan menulis yang baik sangat berkorelasi dengan intensitas membaca.

          Membaca tidak hanya memperluas kosa kata, tetapi juga memberikan pemahaman tentang struktur narasi, gaya penulisan, dan logika berpikir.

          Baca Juga: 10 Kesalahan Umum Penulis Pemula dan Cara Menghindarinya

          Langkah Pertama Belajar Menulis Cerpen untuk Pemula

          Menulis cerpen (cerita pendek) adalah salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan ide, emosi, dan pengalaman hidup melalui kata-kata.

          Namun, bagi pemula, proses menulis cerpen sering kali terasa menantang. Padahal, dengan langkah-langkah yang tepat, siapa pun bisa mulai menulis cerpen yang menarik dan berkesan.

          Berikut delapan langkah praktis belajar menulis cerpen untuk pemula yang bisa kamu mulai terapkan.

          1. Temukan Ide dari Hal-Hal Sederhana

            Langkah pertama dalam menulis cerpen adalah menemukan ide. Jangan berpikir ide harus spektakuler atau penuh kejutan. Sering kali, kisah terbaik justru datang dari hal-hal sederhana di sekitar kita.

            Misal dari hal sederhana percakapan di warung kopi, perjalanan pulang kerja, atau kenangan masa kecil.

            Menurut Burroway (2019) dalam Writing Fiction: A Guide to Narrative Craft, ide cerita bisa muncul dari “momen kecil yang mengandung konflik batin.”

            Jadi, perhatikan sekelilingmu. Tulis hal-hal yang membuatmu tergerak, karena dari sanalah benih cerita akan tumbuh.

            2. Tentukan Tema dan Pesan Cerita

              Setelah menemukan ide, tentukan tema atau pesan utama yang ingin disampaikan. Tema membantu menjaga arah cerita agar tidak melebar ke mana-mana. Misalnya, tema tentang “kesetiaan,” “kehilangan,” atau “pencarian jati diri.”

              Dalam karya The Art of Fiction, Gardner (1991) menyebut tema sebagai “jiwa dari sebuah cerita.” Artinya, tanpa tema yang jelas, cerita akan kehilangan ruh dan tujuan. Tema ini nantinya akan menjadi benang merah yang menghubungkan setiap bagian dalam cerpenmu.

              3. Bangun Karakter yang Hidup

                Karakter adalah jantung dari sebuah cerita. Pembaca akan peduli pada cerpenmu jika mereka merasa terhubung dengan tokoh di dalamnya. Buatlah karakter dengan keinginan, konflik, dan kelemahan. Karakter yang “sempurna” justru membuat cerita terasa datar.

                Kamu bisa menggunakan teknik character sketch dengan menuliskan latar belakang tokoh, sifat, serta motivasinya. Misalnya, apa yang membuat tokoh utama takut? Apa yang dia perjuangkan? Detail-detail ini membuat karakter tampak jelas dan berlapis.

                4. Tentukan Sudut Pandang Cerita

                  Sudut pandang (point of view) menentukan cara pembaca melihat dunia cerita. Kamu bisa menggunakan sudut pandang orang pertama (“aku”) untuk menimbulkan kedekatan emosional, atau orang ketiga (“dia”) untuk memberikan pandangan yang lebih luas.

                  Menurut Abrams (2012) dalam A Glossary of Literary Terms, pemilihan sudut pandang adalah keputusan strategis dalam menulis narasi, karena memengaruhi cara pembaca memahami tokoh dan peristiwa.

                  Eksperimenlah dengan berbagai sudut pandang untuk menemukan yang paling sesuai dengan cerita yang ingin kamu sampaikan.

                  Baca Juga: Point of View: Memahami Sudut Pandang Penulis

                  5. Buat Alur yang Mengalir dan Menarik

                    Cerpen yang baik biasanya memiliki alur yang ringkas, tetapi padat. Struktur dasarnya mencakup: pengenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian. Pastikan setiap peristiwa saling berkaitan dan menggerakkan cerita ke arah resolusi.

                    Hindari alur yang terlalu bertele-tele atau berputar-putar tanpa tujuan. Seperti yang dijelaskan oleh Kenney (1966) dalam How to Analyze Fiction, kekuatan cerpen terletak pada kemampuannya “menciptakan kesan tunggal” yang kuat pada pembaca, artinya, setiap elemen cerita harus bekerja untuk mendukung efek akhir tersebut.

                    6. Gunakan Dialog yang Alamiah

                      Dialog adalah cara efektif untuk menghidupkan interaksi antar karakter. Namun, banyak penulis pemula menulis dialog yang terdengar kaku atau terlalu formal.

                      Padahal, dialog yang baik seharusnya terdengar alami, seperti percakapan sehari-hari, tapi tetap memiliki fungsi dalam cerita.

                      Gunakan dialog untuk mengungkap kepribadian tokoh, mempercepat alur, atau menimbulkan konflik. Coba baca ulang dialogmu dengan suara keras; jika terdengar janggal, mungkin perlu disesuaikan.

                      Baca Juga: Pengertian Dialog Tag: Contoh dan Cara Menulis

                      7. Selesaikan Cerita dengan Akhir yang Berkesan

                        Bagian penutup cerpen adalah momen di mana pembaca akan mengingat ceritamu. Akhiri dengan sesuatu yang berkesan.

                        Misalnya dengan twist yang mengejutkan, refleksi yang emosional atau keputusan tokoh yang tak terduga.

                        Tidak semua cerpen harus berakhir bahagia. Yang penting, akhir cerita harus terasa “tepat” dan selaras dengan konflik yang dibangun sebelumnya.

                        Akhiran yang kuat memberi kesan bahwa cerita memiliki makna dan kedalaman emosional.

                        8. Revisi dan Perbaiki Tulisanmu

                          Langkah terakhir — dan paling penting — adalah revisi. Setelah menyelesaikan draf pertama, beri jeda sejenak sebelum membacanya kembali dengan mata segar.

                          Perbaiki bagian yang terasa lemah, tambahkan detail, dan hapus kalimat yang tidak relevan.

                          Banyak penulis profesional mengatakan bahwa tulisan yang bagus bukan ditulis, melainkan ditulis ulang. Revisi bukan tanda kegagalan, melainkan bagian dari proses kreatif menuju karya terbaikmu.

                          Jadi, menulis cerpen bukan soal bakat semata, tapi soal latihan, kesabaran, dan ketekunan. Dengan mengikuti delapan langkah di atas, kamu sudah berada di jalur yang benar untuk menjadi penulis cerpen yang handal.

                          Yang terpenting, jangan takut memulai. Karena setiap penulis besar juga pernah menjadi pemula yang ragu menulis kalimat pertamanya.

                          Itulah delapan langkah pertama belajar menulis cerpen untuk pemula. Semoga artikel dari Bukunesia Store ini bermanfaat dalam membantumu memahami dasar-dasar menulis cerpen untuk pemula, agar tulisanmu makin hidup dan berkesan.

                          Referensi

                          Abrams, M. H. (2012). A Glossary of Literary Terms. Boston: Wadsworth Cengage Learning.
                          Burroway, J. (2019). Writing Fiction: A Guide to Narrative Craft. Chicago: University of Chicago Press.
                          Gardner, J. (1991). The Art of Fiction: Notes on Craft for Young Writers. New York: Vintage Books.
                          Kenney, W. (1966). How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press.
                          Lamott, A. (1994). Bird by Bird: Some Instructions on Writing and Life. New York: Anchor Books.

                          Artikel Terbaru