Puisi adalah seni kata yang mampu menghidupkan imajinasi, membangkitkan rasa, dan menghadirkan makna yang dalam. Maka tidak heran, jika puisi selalu memiliki tempat bagi yang bisa menikmati rasa. Mungkin kamu salah satunya?
Atau mungkin kamu salah satu yang mempertanyakan, kenapa si orang-orang bisa menikmati karya sastra? Nah buat kamu yang penasaran, perlu tahu 3 alasan kenapa menikmati puisi itu masih relevan. Di bagian akhir, kita akan ulas tujuh kumpulan puisi karya sastrawan terkenal yang bisa kamu jadikan referensi.
Table of Contents
Toggle3 Alasan Kenapa Puisi Masih Relevan
Di tengah gempuran teknologi, media sosial, dan konten serba instan, banyak orang bertanya Apakah puisi masih relevan? Jawabannya adalah YA, puisi tetap hidup dan masih bisa dinikmati.
Justru di era yang serba cepat ini, puisi hadir sebagai ruang untuk berkontemplasi, menenangkan pikiran dan memotivasi. Berikut tiga alasan kuat kenapa puisi tetap relevan hingga hari ini.
1. Puisi Menjadi Ruang Kontemplasi di Tengah Hidup yang Serba Cepat
Hidup modern berjalan dengan ritme yang luar biasa cepat. Notifikasi media sosial, tuntutan pekerjaan, dan informasi yang terus mengalir sering membuat kita lelah. Dalam situasi ini, membaca puisi adalah jeda yang merilekskan perasaan dan pikiran.
Kadang, ketika puisi yang dibaca memuat motivasi, maka ikut bersemangat. Atau ketika kita sedang gaduh, membaca puisi yang hangat, kita juga merasa lebih mendalam.
Bayangkan membaca bait Sapardi Djoko Damono
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.”
Dalam beberapa baris saja, hati kita diajak untuk berhenti sejenak dan merasakan emosi yang dalam. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Psychology Today, membaca sastra, termasuk puisi dapat meningkatkan empati dan kemampuan refleksi diri (Burke, 2011).
Baca Juga: Puisi Helvy Tiana Rosa Tentang Perjuangan Hidup
2. Puisi Mengasah Emosi dan Kreativitas
Di era digital, banyak orang kehilangan rasa, tidak sempat merasakan emosi paling terdalam. Sehingga mengalami keterlambatan kreativitas. Dengan membaca puisi, dapat menstimulus rasa tersebut.
Penelitian dari The Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa aktivitas menulis kreatif seperti puisi dapat meningkatkan kesejahteraan emosional hingga 20% (Forgeard, 2013). Ini artinya, membaca dan menulis puisi bukan sekadar seni, tapi juga terapi yang efektif.
3. Puisi Tetap Eksis dan Berkembang di Era Digital
Banyak yang mengira puisi akan punah karena generasi muda lebih tertarik pada media visual. Faktanya, puisi justru berkembang pesat di platform digital seperti Instagram dan TikTok melalui bentuk instapoetry. Penyair seperti Rupi Kaur menjadi fenomena global berkat puisi singkat yang dibagikan di media sosial.
Menurut data dari Penguin Random House, penjualan buku puisi meningkat hingga 66% dalam lima tahun terakhir, terutama karena pengaruh platform digital (PRH Report, 2020). Ini membuktikan bahwa puisi bukan hanya bertahan, tetapi juga berevolusi sesuai zaman.
7 Kumpulan Puisi Karya Sastrawan Terkenal
Buat kamu yang penasaran contoh puisi dari sastrawan legendaris, yang namannya tetap berjaya dari masa ke masa. Bahkan hingga saat ini sekalipun, namanya masih sering kita dengar. Berikut 10 kumpulan puisi karya sastrawan terkenal tersebut. Mungkin salah satunya adalah idolamu.
1. Helvy Tiana Rosa
Helvy Tiana Rosa bukan hanya penulis, tetapi juga pejuang literasi. Puisinya menyuarakan keadilan, kemanusiaan, dan kekuatan perempuan. Berikut salah satu contoh karya puisi Helvy Tiana Rosa.
“Aku menulis puisi untuk mereka yang bisu,
Yang dipaksa diam di balik jeruji ketakutan.
Kata-kata ini akan menjadi senjata,
Untuk membela yang tak mampu bersuara.”
Baca Juga: 10 Buku Karya Helvy Tiana Rosa Paling Populer
2. Chairil Anwar
Siapa tak kenal Chairil Anwar? Karya legendarisnya, “Aku”, adalah simbol perlawanan dan keberanian. Puisinya selalu hidup karena mengandung semangat kemerdekaan dan tekad yang membara. Tidak hanya menorehkan puisi “Aku” ada banyak karya sastra lain yang cukup populer. Dan berikut salah satu contoh puisi Chairil Anwar berjudul Sang Penyair Angkatan ‘45.
“Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
3. Sapardi Djoko Damono
Sapardi adalah maestro sederhana yang namannya terus menggema bagi pecinta sastra. Karena memiliki ketajaman menulis yang dalam. Salah satu ikon puisi romantis berjudul “Hujan Bulan Juni”. Sudah pasti ada banyak karya puisi lainnya, salah satunya puisi berjudul “Aku Ingin” yang berbunyi sebagai berikut.
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.
4. WS Rendra
Sementara WS Rendra salah satu sastrawan yang kritis. Ia sering menyerukan kritik sosial lewat karya sastranya. Salah satu contohnya adalah puisi “Sajak Sebatang Lisong” berikut.
Menghisap sebatang lisong
Melihat Indonesia Raya
Mendengar 130 juta rakyat
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang
Berkata:
“Ini tanahku!
Ini airku!
Ini udaraku!
Ini semuanya milikku!”
Sajak ini lahir
Ketika aku tidak bisa membeli
Lisongku sendiri
1977
5. Taufiq Ismail
Karyanya “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” adalah jeritan hati tentang moral bangsa. Isi puisi pas dengan situasi Indonesia saat ini (2025) akibat kepemimpinan yang korup. Dan berikut adalah bunyi puisinya.
Kalau lihat gelandangan tidur di jalan raya
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat pejabat negara duduk mewah di istana
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat korupsi merajalela
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat hukum bisa dibeli dengan uang
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat pengangguran di mana-mana
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat anak putus sekolah menangis di jalan
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat negeri kaya tapi rakyatnya miskin
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat keadilan hanya untuk yang beruang
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat janji pemimpin hanya omong kosong
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat saudara sendiri saling memfitnah
Malu aku jadi orang Indonesia
Kalau lihat semua ini terus terjadi
Malu aku jadi orang Indonesia
Tapi kalau diam saja tanpa berbuat apa-apa
Lebih malu lagi aku jadi orang Indonesia
6. Goenawan Mohamad
Buat kamu yang sering berlangganan Majalah Tempo. Kamu sudah seharusnya tidak asing dengan Goenawan Mohamad. Ia adalah pendiri Tempo yang dikenal dengan gaya puisinya yang kritis dan mengelitik pembaca. Berikut contoh puisi Goenawan Mohammad yang berjudul “Sebuah Kamar”.
Di sebuah kamar yang hening
Aku ingin bercakap-cakap denganmu
Tentang hujan yang turun diam-diam
Dan pepohonan yang gelisah
Tapi kau sudah pergi
Meninggalkan pintu terbuka
Dan aku mendengar langkahmu
Menjauh ke jalan raya
Aku ingin mengatakan sesuatu
Tapi kata-kata membeku di bibirku
Seperti embun di kaca jendela
Yang tak bisa menghapus namamu
Di kamar ini
Hanya ada sepi yang duduk
Menatapku dengan mata dingin
Sambil mendengar detak jantungku
Yang tak bisa berbohong
7. Amir Hamzah
Amir Hamzah Lahir di Tanjung Pura, Sumatera Utara, Amir Hamzah menulis puisi dengan bahasa yang indah, puitis, dan mendalam, memadukan unsur Melayu klasik dengan modernitas.
Karya terkenalnya antara lain kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), yang mengekspresikan cinta, rindu, dan pergulatan batin.
Selain sebagai penyair, ia juga seorang pejuang kemerdekaan dan akhirnya gugur dalam Revolusi Sosial Sumatera Timur pada 1946. Berikut contoh puisi Sunyi.
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lampus
Sunyi, sunyi, sunyi
Sepi tiada berbunyi
Sepi tiada bernyanyi
Sepi tiada menari
Sunyi itu hampa
Sunyi itu cemburu
Sunyi itu siksa
Sunyi itu rindu
Itulah tujuh kumpulan puisi karya sastrawan terkenal, yang sampai sekarang namannya pun tetap abadi, meski raganya sudah tidak ada di bumi lagi. Kecuali Helvy, yang sampai saat ini masih tetap aktif menulis. (Iruekkawa Elisa).
Jika kamu mencintai kumpulan puisi karya sastrawan terkenal, maka Buku Jantung yang Berdetak dalam Batu karya Helvy Tiana Rosa adalah bacaan puisi wajib yang akan memikat hatimu dari awal hingga akhir.
Referensi
Burke, M. (2011). Literary Reading, Cognition and Emotion: An Exploration of the Oceanic Mind. Psychology Today.
Forgeard, M. J. C. (2013). Perceived benefits of writing, creative expression, and self-reflection in poetry. The Journal of Positive Psychology, 8(6), 448-457.
Indonesia Expat. “Shaping Women’s Roles through Literature: Helvy Tiana Rosa.” https://indonesiaexpat.id/lifestyle/shaping-womens-roles-through-literature-helvy-tiana-rosa/
Indonesiakaya. “Helvy Tiana Rosa.” https://indonesiakaya.com/tokoh-indonesia/helvy-tiana-rosa/
Penguin Random House. (2020). Poetry Sales Report: Growth in Digital Era.